
H-1 pelepasan siswa/i SMA, semua berbondong-bondong ikut gladi resik acara pelepasan di indoor kebanggaan kami, Gelanggang Olahraga Sasana Krida Patria. Sementara aku bersama tas merah muda kebanggaan meluncur ke Semarang bersama guru pembimbing yang paling hebat, tulus, dan tenang. Ditemani rekan seperjuangan yang sama-sama menerima penghargaan.
Satu malam dilalui dengan berjalan-jalan di Simpang Lima, makan bersama, naik selis, sampai foto-foto bareng lukisan Mas Asep Leoka di lorong hotel.
Hati terasa penuh, sedikit sedih, namun tetap optimis. Tapi pikiran tak bisa diajak kompromi, bukannya tidur justru kepikiran kejadian memalukan Minggu lalu. Selesai presentasi tiba-tiba tubuh ceking ku dilanda mual dan pusing, di ruangan juri tubuhku bernyanyi huek…huek…huek… Tapi biarlah, meskipun khawatir dengan hasil presentasi pemilihan Duta Baca, aku tentram melihat vlog buatan ku (pasti juara).
Fajar terbit, menyapa tubuh ceking ku dengan sinar hangat seolah memberi vitamin ekstra untuk hari ini. Kami menempuh perjalanan ± 10 menit hingga tiba di gedung Gradhika Bhakti Praja. Tinggi dan menawan, aku berlagak menganga bersama teman ku mbak Ratu (dalam bahasa Inggris).
Aku, duduk sendirian. Dalam hati aku berisik bertanya-tanya mana orang yang seharusnya mengisi kekosongan bangku disebelah ku. Hingga akhirnya bangku itu lama-lama terisi oleh orang asing namun nampak sudah keren-nya. Setelah acara seremonial yang panjang, tibalah rangkaian acara yang dinantikan. Pemberian penghargaan kepada pemenang lomba bidang perpustakaan.
Satu persatu nama kami disebut, hingga akhirnya suara yang ku tunggu-tunggu menghampiri: “Lomba Vlog Bidang Perpustakaan, Juara 1 adalah… Saudari Sheren, Kabupaten Cilacap“. Yaa!! Dengan lantang ku langkahkan kakiku sambil tersenyum lebar dan berdiri diatas panggung.
Kami langsungkan sesi foto bersama, kemudian pulang menggotong piagam. Wajah ku saat itu sedikit tengil, sebab belum sadar apa yang terjadi.
Ibu guru pembimbing ku mengantarkan ku pulang, tepat hingga sampai didepan gerbang rumah. Sejenak hatiku lagi-lagi penuh syukur bisa bertumbuh dan belajar bersama beliau hingga sejauh ini.
Sampai di kamar, aku lihat kembali tayangan ulang acara hari ini melalui YouTube tidak premium, hingga perlu menyaksikan iklan yang berdurasi 10 detik namun terasa lama karena tak sabar. Hingga akhirnya aku saksikan bagian yang sontak ku teriaki belagu.
Setiap nama-nama pemenang dipanggil mereka membungkuk sejenak kearah kanan, tempat para tamu yang dihormati duduk. Namun, aku tidak–hanya berjalan dan tersenyum karena tak tau. Bagaimana tidak, wartawan maupun tamu undangan semuanya berdiri saat prosesi pengukuhan para tokoh literasi. Melihat panggung? Hanya suara saja yang ku dengar.
Antara belagu dan gatau. Sebenarnya gatau, tapi kelihatannya belagu. Tapi ya tidak apa-apa, bukan berarti tidak menghormati, hanya saja kurang jeli.